Tagana Indonesia Rayakan Hari Jadi ke-21 dengan Semangat Pengabdian
Setiap tahunnya, pada tanggal 24 Maret, keluarga besar Taruna Siaga Bencana (Tagana) Indonesia memperingati hari jadi mereka. Tahun ini, peringatan ulang tahun ke-21 jatuh pada Senin, 24 Maret 2025, yang bertepatan dengan 24 Ramadan 1446 Hijriah. Perayaan ini menjadi momen penuh syukur atas dua dekade lebih pengabdian dalam membantu masyarakat menghadapi bencana di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan mengusung tema “Tagana Berperan Aktif untuk Membangun Kemitraan, Strategi dalam Pengurangan Risiko Bencana yang Berkelanjutan”, Tagana menegaskan kembali komitmennya dalam membangun kerja sama yang efektif guna memperkuat mitigasi dan respons bencana yang lebih baik. Seiring dengan peringatan ini, perjalanan panjang organisasi relawan ini menjadi bukti nyata dedikasi tanpa batas bagi kemanusiaan.
Sejarah Panjang Tagana
Sebagai salah satu pelaku sejarah di balik terbentuknya Tagana, saya merasakan betul bagaimana organisasi ini tumbuh dan berkembang. Karier saya di dunia kebencanaan dimulai ketika masih bertugas di Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya sebagai Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (Perlinjamsos), atau yang dahulu dikenal dengan Kabid Banjamsos.
Meskipun resmi memasuki masa purnabakti pada tahun 2013, semangat saya untuk terus berkontribusi dalam pembinaan dan pelatihan Tagana tak pernah surut. Hingga kini, saya masih aktif dalam mendidik kader baru, khususnya di Universitas Islam Negeri Alauddin, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, pada Program Studi Kesejahteraan Sosial. Prinsip saya sederhana, "Pantang Tugas Tidak Tuntas."
Para perintis Tagana kini telah memasuki usia senja, sementara generasi penerus semakin berkembang dengan lebih dinamis dan inovatif. Sebagaimana pepatah bijak, "Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya," tongkat estafet ini kini berada di tangan generasi muda yang siap melanjutkan perjuangan.
Peran Penting Andi Hanindito dalam Perjalanan Tagana
Tagana Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sosok Drs. Andi Hanindito, M.Si, yang kala itu menjabat sebagai Direktur Korban Bencana Alam di Departemen Sosial. Dengan visi dan kegigihannya, ia merancang sistem penanganan bencana berbasis masyarakat yang akhirnya melahirkan Tagana.
Dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam diskusi dan podcast Kementerian Sosial, Andi Hanindito sering membagikan kisah perjalanan awal Tagana. Tagline "Di mana ada bencana, di situ ada Tagana" menjadi gambaran nyata bahwa para relawan ini selalu siap siaga dalam situasi darurat. Meskipun telah pensiun, beliau masih sering diminta menjadi pembicara dalam berbagai pelatihan dan seminar Tagana di seluruh Indonesia.
Tagana: Relawan yang Terus Berkembang
Dunia kebencanaan semakin kompleks dengan munculnya berbagai ancaman, baik dari bencana alam, nonalam, hingga bencana sosial. Tagana pun terus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, memperkuat kapasitas melalui pelatihan dan program inovatif seperti Community-Based Disaster Management (CBDM) dan Tagana Masuk Sekolah (TMS).
Tak hanya itu, Tagana kini juga ditugaskan sebagai fasilitator dalam program Sekolah Rakyat, sebuah inisiatif unggulan dari Kementerian Sosial atas instruksi Presiden ke-8 RI, Prabowo Subianto. Sejak resmi dibentuk pada 24 Maret 2004 di Lembang, Jawa Barat, Tagana terus membangun reputasi sebagai organisasi relawan yang andal dan profesional.
Menghormati Para Pejuang Tagana
Seiring bertambahnya usia organisasi ini, kita juga mengenang jasa-jasa para pejuang Tagana yang telah berpulang. Tokoh-tokoh seperti almarhum Drs. Purnomo Sidik, M.Si (mantan Direktur Bencana Alam Kementerian Sosial) dan Bapak Sutarso, M.Sw (pakar kebencanaan Indonesia) telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk dan membangun Tagana. Semoga dedikasi mereka menjadi amal jariyah yang terus mengalir.
Masa Depan Tagana: Menuju Kemandirian dan Keberlanjutan
Sejak awal pembentukannya, Tagana dirancang bukan hanya sebagai respons terhadap suatu bencana, tetapi lebih dari itu, sebagai sistem yang dapat membantu masyarakat siap siaga menghadapi bencana sejak dini. Kiprahnya sudah terbukti sejak sebelum tsunami Aceh 2004, dan dari hanya 60 orang perwakilan tiap provinsi saat awal berdiri, kini jumlah anggota Tagana telah mencapai ribuan di seluruh Indonesia.
Meskipun banyak pencapaian yang telah diraih, masih ada tantangan yang harus diatasi, salah satunya adalah peningkatan kesejahteraan dan jaminan kesehatan bagi para relawan. Sebagai garda terdepan dalam penanggulangan bencana, sudah seharusnya mereka mendapatkan perlindungan dan hak yang layak. Pemerintah dan berbagai pihak terkait diharapkan dapat lebih memperhatikan aspek ini demi keberlanjutan Tagana yang lebih kuat.
Dalam perkembangannya, berbagai kebijakan dan strategi terus disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Sejak kepemimpinan Menteri Sosial Tri Rismaharini hingga pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto, peningkatan kapasitas dan kesejahteraan relawan menjadi isu yang tetap diperjuangkan.
Kesimpulan: Terus Mengabdi untuk Negeri
Sebagai bagian dari sejarah perjalanan Tagana, saya merasa bangga dan bersyukur bisa menyaksikan pertumbuhan organisasi ini. Di usianya yang ke-21, Tagana telah membuktikan bahwa dengan semangat gotong royong dan kerja sama yang kuat, mereka mampu menjadi ujung tombak dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
Mari kita terus bersama-sama menjaga semangat pengabdian ini agar Tagana semakin maju dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Selamat ulang tahun Tagana Indonesia ke-21! Semoga terus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam membangun bangsa yang lebih tangguh menghadapi bencana.
"Di mana ada bencana, di situ ada Tagana."
0 Comments