TAGANA BERSUARA
“Suara dari Garis Terdepan”
Oleh : Khairil Akbar
Kami Tagana—tanpa tanda, tanpa nama,
Relawan jiwa, tak pernah menuntut mahkota.
Berdiri tegak di tengah gulita,
Kala banjir datang, tanah retak, dan langit runtuh menyapa.
Tak berseragam kehormatan,
Hanya peluh, debu, dan harapan.
Kami tak duduk di ruang nyaman,
Kami hadir di tangis, di luka, di reruntuhan harapan.
Tapi mengapa kami masih dipandang samar?
Status menggantung, suara sering tak terdengar.
Apakah pengabdian harus ditukar dengan jabatan?
Apakah cinta tanah air tak cukup jadi alasan?
Kemensos, dengarlah jerit yang tak tertulis,
Kami pulang dengan luka, bukan manis pujian.
Tak kami pinta harta atau medali,
Hanya pengakuan, kejelasan yang tak basa-basi.
Jangan panggil kami hanya saat tangis bangsa bergema,
Lalu hilang saat senyum negeri merekah kembali di muka.
Kami bukan figuran dalam cerita duka,
Kami garda terdepan—nyata, setia, dan berjasa.
Berikan kami yang seharusnya kami miliki:
Kepastian, penghormatan, bukan janji basi.
Sebab kekuatan bangsa tak hanya di meja rapat,
Tapi di tangan yang diam-diam menyelamat.
Kami—Tagana.
Penjaga nyawa, pelindung sesama.
Tak kenal lelah, tak harap puja.
Hanya ingin dihargai, seperti mestinya
.jpeg)
0 Comments