TAGANA (Taruna Siaga Bencana) adalah organisasi relawan sosial yang bertugas menanggulangi bencana. TAGANA berada di bawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Tugas TAGANA Penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, Penanggulangan permasalahan sosial terkait bencana, Upaya pengurangan risiko dan kesiapsiagaan, Upaya tanggap darurat.
Kegiatan TAGANA
Edukasi mitigasi bencana kepada siswa-siswi
Penanggulangan bencana pra bencana, saat tanggap darurat, maupun pascabencana
Syarat Menjadi Anggota TAGANA Warga Negara Indonesia, Berusia antara 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun, Sehat jasmani dan rohani, Mengikuti pelatihan dasar TAGANA.
Pembinaan dan Pengawasan TAGANA
Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas TAGANA kepada pemerintah daerah kabupaten/kota
Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas TAGANA kepada kecamatan
Sejarah TAGANA (Taruna Siaga Bencana Indonesia)
TAGANA Indonesia merupakan sebuah organisasi relawan kebencanaan yang dibentuk pada 24 Maret 2004 di Lembang, Jawa Barat. Inisiatif pembentukan ini dipelopori oleh Bapak Andi Hanindito, yang dikenal sebagai pembuat, pencetus, dan perintis TAGANA. Ia merupakan saksi hidup yang berperan besar dalam mendirikan dan mengembangkan TAGANA sejak awal.
Sebelum mendirikan TAGANA, Andi Hanindito dikirim untuk belajar tentang penanggulangan bencana ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, hingga ke Eropa dan Uni Soviet. Pengalaman dan ilmu yang diperolehnya di luar negeri menjadi dasar penyusunan konsep Pelatihan Relawan Bencana Indonesia, yang kemudian menjadi cikal bakal pembentukan TAGANA.
Pada awalnya, TAGANA hanya terdiri dari 60 orang perintis. Namun, dengan semangat kerelawanan dan komitmen terhadap kemanusiaan, jumlah anggota TAGANA kini telah berkembang pesat menjadi lebih dari 39.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
TAGANA dibentuk sebelum bencana tsunami besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Fakta ini menegaskan bahwa pembentukan TAGANA bukanlah reaksi terhadap tsunami, melainkan sebuah inisiatif yang telah dirancang lebih dahulu sebagai bentuk kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi bencana.
Tokoh-tokoh penting lain yang berjasa dalam pengembangan TAGANA antara lain:
Bapak Purnomo Sidik, Mantan Direktur Bencana Alam Kementerian Sosial
Bapak Sutarso, M.Sw, Dosen dan Pakar Kebencanaan
Mereka memberikan kontribusi besar dalam menumbuhkan TAGANA sebagai kekuatan relawan kebencanaan yang tangguh dan profesional.
TAGANA Indonesia lahir dari semangat "sebelum, saat, dan sesudah bencana", dengan fokus utama pada kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Meski awalnya banyak yang meragukan pembentukan TAGANA—yang bahkan disebut bermula dari kisah "mobil rongsok"—namun seiring waktu, TAGANA membuktikan perannya yang vital dalam sistem penanggulangan bencana nasional.
Dalam refleksi melalui podcast di Beranda Linjamsos Kementerian Sosial RI (27 Agustus 2020), Panglima Tagana Indonesia menekankan pentingnya:
Sekolah Penanggulangan Bencana Indonesia
Warung Kopi (Warkop) Tagana sebagai tempat diskusi dan berbagi
Sistem Penanggulangan Bencana Indonesia yang lebih kuat dan menyeluruh
Sebagai bangsa yang berada di wilayah rawan bencana, Indonesia membutuhkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. TAGANA hadir sebagai garda terdepan kerelawanan yang bertanggung jawab atas penanganan bencana, mulai dari pencegahan hingga rehabilitasi.
0 Comments