![]() |
Tagana saat melihat Puing Kendaraan Pasca Bentrok di Penagan |
Bentrok Warga di Bangka, 9 Rumah dan 18 Kendaraan Ludes Dibakar Massa
Bangka, 13 Juni 2013 – Suasana mencekam menyelimuti Desa Penagan, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, setelah pecahnya bentrokan antarwarga yang menyebabkan sembilan rumah dan delapan belas kendaraan hangus dilalap api. Insiden yang terjadi dini hari Kamis (13/6) itu melibatkan dua kelompok warga yang berasal dari Dusun Penagan dan Dusun Selapan, wilayah yang masih berada dalam naungan administratif yang sama.
Ketegangan bermula dari insiden penusukan yang dilakukan oleh seorang warga Dusun Selapan bernama Betok terhadap Uyi, warga Dusun Penagan. Peristiwa penusukan tersebut terjadi pada malam hari dan memicu kemarahan besar dari pihak keluarga korban dan warga sekitarnya. Uyi, yang mengalami luka cukup serius, segera dilarikan ke Rumah Sakit Bakti Wara di Pangkalpinang untuk mendapatkan penanganan medis.
Namun, emosi warga Dusun Penagan tak terbendung. Sekira pukul 01.00 WIB, ratusan warga dengan marah mendatangi pemukiman warga Dusun Selapan untuk mencari pelaku. Tidak berhasil menemukan Betok yang diduga telah melarikan diri, massa kemudian meluapkan amarah dengan membakar sejumlah rumah dan kendaraan yang berada di wilayah Dusun Selapan.
Kapolres Bangka, AKBP Pipit Rismanto, dalam keterangannya mengungkapkan bahwa pelaku penusukan telah berhasil diamankan pihak kepolisian dan dibawa ke Mapolres Bangka untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sementara itu, korban Uyi masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Pipit menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Untuk mencegah meluasnya konflik, aparat gabungan dari Polri, TNI, dan Satpol PP dikerahkan ke lokasi kejadian. Hingga Kamis sore, situasi di perkampungan mulai kondusif, meski ketegangan masih terasa.
Warga Mengungsi dan Trauma Berat
Sehari setelah kerusuhan, Jumat (14/6), ratusan warga Dusun Selapan memilih meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke kantor Polsek Mendobarat. Mereka mengaku takut akan serangan susulan dan memilih mencari tempat yang lebih aman.
Sebagian besar pengungsi adalah ibu-ibu dan anak-anak. Mereka untuk sementara ditampung di aula Bhayangkari Polsek Mendobarat. Pihak kepolisian pun membuka akses ruang-ruang kantor untuk dijadikan tempat tidur darurat. Suasana haru terlihat di area pengungsian; anak-anak bermain dengan wajah polos, sementara para orang tua duduk termenung menghadapi kenyataan pahit yang baru mereka alami.
Sekitar 120 kepala keluarga kini berada dalam pengungsian. Beberapa di antaranya berharap dapat kembali ke rumah setelah kondisi benar-benar aman. Namun, tak sedikit pula yang berniat pindah permanen dari Desa Penagan karena trauma yang mendalam.
H. Joni, salah seorang warga Dusun Selapan yang rumahnya habis terbakar, mengungkapkan rasa kecewanya. “Saat kejadian, kami hanya bisa lari menyelamatkan diri. Tidak ada waktu menyelamatkan barang. Rumah saya hangus. Motor, kulkas, pakaian, semua habis. Saya mungkin akan kembali ke kampung di Lampung,” ujarnya lirih.
Pemerintah dan warga sekitar menunjukkan kepedulian terhadap para pengungsi. Tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari Dinas Sosial Provinsi Bangka Belitung telah mendirikan tenda-tenda darurat serta dapur umum. Bantuan berupa selimut, obat-obatan, seragam sekolah, hingga kebutuhan dasar lainnya mulai disalurkan.
Meski kerusuhan ini tidak menelan korban jiwa, namun kerugian materi yang ditimbulkan sangat besar. Lebih dari itu, luka sosial dan trauma yang ditinggalkan menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pihak terkait untuk segera memulihkan keadaan serta merajut kembali persaudaraan antarwarga.
Pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap tuntas motif dan kronologi kejadian, sembari mengupayakan mediasi antar kedua dusun yang berseteru. Hingga saat ini, aparat keamanan masih berjaga-jaga di lokasi kejadian guna mencegah terjadinya bentrok susulan.
Pemerintah daerah bersama tokoh masyarakat setempat diharapkan dapat segera turun tangan menenangkan warga dan menciptakan rekonsiliasi yang damai. Tragedi ini menjadi peringatan keras bahwa api konflik dapat berkobar hanya dari percikan kecil, dan hanya dengan kerja sama semua pihak, kedamaian bisa dipulihkan kembali.
0 Comments