Pangkalpinang, 9 Maret 2016 —
Fenomena alam langka yang telah dinanti-nanti oleh ratusan pasang mata di kawasan Pantai Pasir Padi, Kota Pangkalpinang, pagi ini berakhir dengan rasa kecewa. Gerhana Matahari Total (GMT) yang sebelumnya diperkirakan akan dimulai pada pukul 06.21 WIB, ternyata tidak sesuai dengan jadwal yang diumumkan. Warga yang sudah berkumpul sejak subuh pun harus bersabar menanti hingga waktu yang tak pasti.
Sejak dini hari, masyarakat dari berbagai penjuru, baik lokal maupun luar daerah, mulai memadati bibir pantai Pasir Padi, tepatnya di depan Posko Pantai Tagana. Antusiasme terlihat jelas dari kerumunan yang membawa serta peralatan seadanya seperti kacamata hitam, klise foto, hingga kamera ponsel. Tidak sedikit yang datang bersama keluarga dan bahkan membawa bekal layaknya sedang piknik.
Tampak hadir di tengah keramaian Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang, Bapak Mikron Antariksa, yang turut menyaksikan fenomena langka ini bersama keluarga tercinta. Selain itu, perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) juga terlihat di lokasi, memberi dukungan atas antusiasme masyarakat.
Tidak hanya masyarakat dan pejabat, tim peneliti dari Jakarta pun hadir, lengkap dengan seperangkat alat perekam dan kamera canggih untuk mendokumentasikan momen ini. Di sisi keamanan, beberapa anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Pangkalpinang berjaga dengan sigap demi menjaga ketertiban dan keselamatan di lokasi yang semakin padat oleh pengunjung.
Namun sayangnya, suasana yang semula penuh harap berubah menjadi tanda tanya. Matahari yang diperkirakan akan tertutup total oleh bayangan bulan pada pukul 06.21 WIB, tak menunjukkan tanda-tanda meredup di waktu tersebut. Barulah sekitar pukul 07.13 WIB, bulan mulai terlihat menutupi sebagian matahari. Suasana perlahan berubah menjadi temaram, langit mulai gelap dan seolah memberikan secercah harapan akan terjadi kegelapan total.
Namun harapan itu pupus. Sekitar pukul 07.36 WIB, justru bayangan bulan bergeser menjauh sebelum mencapai fase gerhana total. Matahari kembali menampakkan cahayanya secara perlahan, menggagalkan ekspektasi publik akan momen “malam sejenak” di pagi hari. Tidak ada sorak sorai, hanya helaan napas dan raut kecewa terpancar dari wajah-wajah pengunjung.
“Sudah datang dari jam lima pagi, bawa anak-anak juga. Tapi ternyata gerhananya gak total,” keluh Rahmat, warga dari Sungailiat yang sengaja datang lebih awal demi menyaksikan langsung.
Kekecewaan juga dirasakan oleh tim peneliti yang berharap dapat merekam fase gerhana total secara utuh. Namun demikian, sebagian masyarakat tetap mengabadikan momen tersebut sebagai bagian dari pengalaman langka, walaupun tidak sesuai dengan ekspektasi awal.
Menjelang pukul 08.00 WIB, suasana pantai mulai kembali normal. Satu per satu pengunjung meninggalkan lokasi, sebagian dengan rasa penasaran, sebagian lainnya tetap bersyukur telah menjadi bagian dari fenomena langit yang tetap mengesankan meski tidak sempurna.
Meskipun kali ini gerhana meleset dari prediksi, antusiasme dan partisipasi masyarakat menjadi bukti bahwa keindahan dan misteri langit masih mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat dalam satu semangat: ingin menyaksikan keajaiban semesta.
0 Comments